Pages

Jumat, 18 April 2014

PRINSIP KEPEMIMPINAN DALE CARNEGIE



PRINSIP KEPEMIMPINAN DALE CARNEGIE
Dale Carnegie adalah seorang motivator dan pembicara terbesar abad 20 ini. Tema bukunya tentang hubungan antar sesama manusia menjadi kary klasik. Setahu saya, dia menulis dua buku. Yang pertama, sudah saya baca dan buat resensinya, Bagaimana mencari kawan dan mempengaruhi orang lain. Yang kedua judulnya “Bagaimana mempengaruhi orang lain dalam berbisnis” (belum baca). 9 prinsip kepemimpinan yang saya tulis ini saya kutip dari buku How to Win Friend and Influence People.
Prinsip kepemimpinan Dale Carnegie ini bersifat praktis dan lebih mengarah pada hubungan atasan dengan bawahan. Bagaimana seorang pimpinan bisa mempengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan bawahannya dengan efektif dan efisien. Jujur, cara ini sudah sering saya praktekan jauh sebelum saya membaca buku ini. Hasilnya memang luar biasa. Seandainya saja semua pemimpin menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan ini, saya yakin tidak akan ada sakit hati, kebencian, saling jegal, dan iri hati dalam hubungan atasan-bawahan. Tapi saya paham bahwa impian saya ini mustahil karena pada dasarnya semua manusia egois, mau menang sendiri, dan serakah ! Tanyakan pada diri anda sendiri, lebih mudah mana bersedih karena kegagalan teman sekerja atau bergembira karena kesuksesan rekan sekerja kita ?
Description: 9 Prinsip Kepemimpinan Dale Carnegie
Menjadi pemimpin tidak mudah ! Namun bukan berarti mustahil untuk dikerjakan. Saya juga tahu masih banyak pemimpin-pemimpin yang peduli dengan bawahannya. Untuk merekalah artikel kepemimpinan ini saya tulis ! Meskipun kita tidak bisa mengubah dunia, paling tidak kita berusaha untuk mengubah dunia sekitar kita menjadi lebih baik, lebih berwarna, dan lebih menyenangkan untuk dijalani bersama. Mari kita lihat 9 prinsip kepemimpinan yang diwariskan Dale Carnegie kepada kita.

PRINSIP KEPEMIMPINAN 1 : KALAU ANDA HARUS MENCARI KESALAHAN, Mulailah Dengan Pujian dan Penghargaan yang Jujur
Akan selalu lebih mudah untuk mendengar perihal tidak menyenangkan setelah kita mendengar sedikit pujian untuk hal-hal baik dalam diri kita. Tukang cukur menyabuni seorang pria sebelum dia mencukurnya, demikianlah yang harus kita lakukan ketika menemukan sesuatu yang salah. Cerita tentang W.P. Gaw dari perusahaan Wark, Philadelphia ini mungkin mengajarkan nilai ini.
Perusahaan Wark telah dikontrak untuk membangun dan menyelesaikan sebuah gedung kantor yang besar di Philadelphia pada tanggal tertentu yang sudah diberikan. Segalanya berjalan lancar; gedung itu sudah hampir selesai, tatkla tiba-tiba subkontraktor yang membuat pekerjan perunggu untuk hiasan di bagian luar gedung ini, menyatakan bahwa dia tidak bisa mengantarnya tepat jadwal. Apa! Keseluruhan gedung bisa terhambat! Denda yang berat! Kerugian yang sungguh menekan! Semuanya karena satu orang!
Telepon-telepon interlokal dilakukan. Perdebatan-perdepatan! Percakapan yang memanas! Semua ini sia-sia. Kemudian Gaw pergi ke New York untuk mengunjungi singa perunggu itu dalam sarangnya.
“Apakah anda tahu kalau anda adalah satu-satunya orang di Brooklyn yang menggunakan nama anda?” Gaw bertanya pada sang presiden dari perusahaan subkontraktor itu, segera setelah mereka diperkenalkan. “Tidak, saya tidak tahu itu.”
“Nah, ujar Gaw, “begitu saya turun dari kereta api tadi pagi, saya mencari di buku telepon untuk menemukan alamat Anda, dan ternyata Anda adalah satu-satunya orang di buku telepon Brooklyn dengan nama yang Anda miliki.”
“Saya tidak pernah tahu itu,” jawab subkontraktor itu. Dia memeriksa buku telepon itu dengan berminat.
“Ya, ini memang tidak biasa,” katanya bangga. “Keluarga saya datang dari elanda dan berdiam di New York selama hampir dua ratus tahun yang lalu.” Dia melanjutkan berbicara tentang keluarganya dan leluhurnya selama beberapa menit. Ketika di selesai dengan ceritanya. Gaw memujinya betapa besar pabrik yang dia miliki dan membandingkannya dengan sejumlah pabrik serupa yang pernah dikunjunginya. ‘Ini adalah salah satu pabrik perunggu yang terbersih dan paling rapi yang pernah saya lihat.” Komentar Gaw.
“Saya sudah melewatkan seumur hidup saya membangun bisnis ini,” jelas si subkontraktor, ‘dan saya agak bangga tentang hal itu. Maukah Anda melihat ke sekeliling pabrik ini?”
Selama tur inspeksi ini. Gaw memujinya mengenai system fabrikasinya, dan menanyakan kepadanya bagaimana dan mengapa sistemnya kelihatan superior dibandingkan dengan para pesaingnya. Gaw memberi komentar tentang beberapa mesin yang kelihatan tidak biasa, dan subkontraktor tersebut mengataknnya kalau dia sendiri yang telah menemukan mesin-mesin tersebut. Dia meluangkan waku cukup lama untuk memperlihatkan kepada Gaw bagaimana mesin-mesin itu beroperasi dan kerja luar biasa yang akhirnya dihasilkan mesin-mesin itu. Dia mendesak mengundang tamunya itu untuk makan siang. Sejauh ini, tak sepatah kata pun yang telah diucapkan tentang tujuan sebenarnya dari kunjungan Gaw ini.
Sesudah makan siang, subkontraktor tadi berkata, “Sekarang, kembali ke bisnis. Sudah sewajarnya, saya tahu mengapa Anda berada di sini. Saya tidak mengira bahwa pertemuan kita bisa jadi begitu menyenangkan. Anda bisa kembali ke Philadelphia dengan janji saya bahwa material Anda akan dip roses dan segera dikirim, bahkan bisa jadi pesanan lainnya harus ditunda.”
Gaw mendapatkan segala yang dia inginkan, bahkan tanpa memintanya. Material itu tiba tepat pada waktunya, dan gedung itu selesai pada hari yang telah ditentukan dalam kontrak.
Akankah hal itu bisa terjadi kalau Gaw menggunakan metode martil dan dinamit, yang umunya digunakan untuk peristiwa semacam itu ?

PRINSIP KEPEMIMPINAN 2 : MENGKRITIK NAMUN TIDAK DIBENCI, Beritahu Kesalahan Orang Lain Dengan Cara Tidak Langsung
Description: Kepemimpinan Dale CarnegieBanyak orang yang memulai kritik mereka dengan pujian yang sopan, kemudian diikuti oleh kata ”tetapi”, kemudian mengakhirinya dengan satu pernyataan kritik. Bagi mereka yang mendengarnya, pujian tadi tampaknya hanya sebagai pendahulu untuk kritik dan merupakan pujian yang tidak tulus atau jujur.  Kabar baiknya, hal ini dapat dengan mudah diatasi, yaitu dengan mengganti kata “tetapi” dengan kata “dan.
Memberi perhatian secara tidak langsung pada kesalahan seseorang bekerja luar biasa untuk orang-orang yang sensitive yang bisa marah sekali terhadap kritik langsung apa pun. Cerita Marge Jacob dari Rhode Island tentang bagaimana dia meyakinkan beberapa pekerja konstruksi yang malas untuk membersihkan sisa pekerjaannya, tatkala mereka mengerjakan bangunan tambahan untuk rumahnya  membuktikan keberhasilan prinsip kepemimpinan ini.
Selama beberapa hari pertama dari pekerjaan itu, saat Nyonya Jacob kembali dari kantornya, dia mendapatkan halaman rumahnya berantakan dengan sisa-sisa potongan kayu. Dia tidak ingin menentang para pekerja bangunan itu, karena mereka memberikan hasil kerja yang baik sekali. Maka, ketika para pekerja itu pulang, dia dan anak-anaknya memunguti sampah itu, dan dengan rapi menumpuk sisa kayu itu di pojok. Esok paginya dia memanggil seorang mandor ke samping, dan berkata, “Saya sungguh senang dengan cara bagaimana halaman depan ditinggalkan seusai kerja tadi malam; kelihatan rapi dan bersih, tidak menganggu para tetangga.’ Sejak hari  itu dan selanjutnya, para pekerja mengumpulkan dan menumpuk sisa-sia potongan kayu ke satu sudut, dan si mandor datang setiap hari memeriksa kondisi halaman itu saat ditinggalkan setelah usai kerja untuk hari itu.

PRINSIP KEPEMIMPINAN 3 : BICARAKAN KESALAHAN ANDA DULU SEBELUM MENGKRITIK ORANG LAIN

Nyaris sama sekali tidak sulit untuk mendengarkan tentang kesalahan kita jika orang yang mengritik memulai dengan mengakui bahwa dia juga masih jauh dari sempurna.
E.G Dillistone, seorang insinyur di Canada memiliki masalah dengan sekertaris barunya. Surat-surat yang didiktekannya tiba di mejanya untuk ditandatangani dengan dua atau tiga kesalahan eja tiap halaman. Dilistone melaporkan bagaimana dia mengatasi hal ini:
“Seperti kebanyakan insinyur, saya dikenal tidak mempunyai kemampuan bahasa inggris yang baik, atau pengejaan yang baik. Selama bertahun-tahun saya menyimpan satu buku indeks hitam, untuk kata-kata yang saya merasa sulit mengejanya. Tatkala saya ketahui bahwa dengan semata-mata menunjukkan kesalahan tidak akan membuat sekertaris saya melakukan lebih banyak membaca ulang dan melihat kamus, maka saya memutuskan untuk mengambil pendekatan lain. Ketika surat berikutnya datang pada saya, dengan kesalahan di dalamnya, saya duduk dengan juru ketik itu dan berkata:
“Ah, kata ini kelihatannya tidak tepat. Ini adalah satu kata yang saya pun mengalami kesulitan dengannya. Itulah sebabnya saya mulai memakai buku ejaan ini. [Dilistone membuka buku itu pada halaman yang tepat.] Ya, ini dia. Saya sangat sadar tentang masalah ejaan saya, karena orang memang menilai kita dengan surat-surat kita, dan salah eja membuat kita kelihatan kurang professional.”
“Saya tidak tahu apakah dia meniru system saya atau tidak, tapi sejak pembicaraan itu, frekunsi kesalahan ejanya telah banyak berkurang.”

Description: Pemimpin dan Manajemen

PRINSIP KEPEMIMPINAN 4 : TAK SEORANGPUN YANG SUKA DIPERINTAH,
Ajukan Pertanyaan Sebagai Ganti Memberi Perintah  Langsung

Rasa marah yang disebabkan oleh satu perintah yang kurang ajar, mungkin akan bekhir dalam waktu lama – bahkan bila perintah itu diberikan untuk mengkoreksi suatu situasi yang jelas memang buruk. Sebaliknya, mengajukan pertanyaan sebagai ganti perintah membua orang mudah memperbaiki kesalahannya, mampu menyelamatkan rasa bangga seseorang dan memberinya perasaan penting. Cara ini mendorong semangat kerjasama, bukannya pertentangan. Orang akan lebih suka menerima perintah bila mereka ikut ambil bagian dalam membuat keputusan yang menyebabkan perintah itu dikeluarkan.
Tatkala Ian Macdonald dari Johanesburk, sebagai manajer umum pada sebuah pabrik kecil yang mengkhususkan dalam suku cadang mesin presisi mendapat kesempatan menerima pesanan sangat besar, dia yakin bahwa dia tidak akan mampu menepati tanggal pengiriman yang dijanjikan. Pekerjaan sudah dijadwalkan dalam bengkel tersebut, dan waktu penyelesaiannya yang cukup singkat untuk pesanan ini membuatnya tidak mungkin bisa menerima pesanan tersebut.
Dia tidak mendorong anak buahnya agar mempercepat pekerjaan mereka dan terburu-buru mengerjakan pesanan itu, tetapi dia memanggil mereka semua berkumpul, menjelaskan situasinya, dan menyampaikan kepada mereka betapa besar arti pekerjaan ini untuk perusahaan dan untuk mereka, kalau mereka mampu menyelesaikan pesanan itu tepat waktu. Kemudian dia mulai mengajukan pertanyaan:
“Menurut kalian, adakah sesuatu yang bisa kita lakukan untuk menangani pesanan ini?”
“Adakah seseorang yang bisa memikirkan cara-cara tertentu untuk memprosesnya di bengkel, yang akan memungkinkan kita mengambil pesanan itu ?”
“Adakah jalan lain untuk menyesuaikan jam-jam kerja kita atau penugasan personil, yang kira-kira akan menolong?”
Ternyata para pegawai itu memberi banyak ide dan mendesak dia menerima pesanan itu. Mereka mendekati tugas ini dengan satu sikap “Kita bisa mengerjakannya”, dan pesanan itupun diterima, di produksi dan dikirimkan tepat pada waktunya.



3 Prinsip Kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara

Keberhasilan seorang pemimpin bukan hanya terletak kepada kemampuan individunya saja namun meliputi semua unsur pendukung tersmasuk peran bawahan yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik tidak hanya memperhatikan tujuan utama dari organisasi yang dia pimpin, namun juga selalu memperhatikan bawahannya. Seperti yang tertuang dalam tiga prinsip kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu:
  1. Ing ngarso sung tulodo = bahwa seorang pemimpin haruslah memberikan sauri tauladan yang baik bagi bawahan. Selalau bertindak dan bertutur kata yang bisa memberikan contoh yang baik yang bisa merangsang para bawahan untuk bersikap seperti pemimpinnya.
  2. Img madya mangun karso = yaitu pemimpin haruslah bisa bekerja sama dengan bawahan. Sehingga semua pekerjaan yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan makin mempererat hubungan antara bawahan dan pimpinan, namun tidak melanggar etika jalur kepemimpinan.
Tut wuri handayani = yaitu memberi kesempatan kepada bawahan untuk maju. Prinsip yang ke tiga ini yang dipakai dalam lingkungan pendidikan di kita. Beri bawahan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan dan kepintaran mereka. Janganlah mempunyai pikiran takut tersaingi, berilah kesempatan bawahan kita untuk maju. Seandainya atasan tidak ada maka ada bawahan yang mampu untuk menghandle. Dan bila pimpinannya cerdas, bawahannya pintar lalu dikelola dengan baik maka tujuan dari kelompok akan tercapai dengan sempurna

“KEBUDAYAAN ISLAM “



MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


KEBUDAYAAN ISLAM
















KELOMPOK 2:

1.  JOKO SUWARNO
2. MIEFTAHUDIN


DOSEN PENGAMPU :
Bp. Ahmad kholid, M.Pd.I



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SULTAN FATAH
2013/2014



KATA PENGANTAR

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam tentang Kebudayaan Islam.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bp. Ahmad kholid, M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam atas dedikasinya kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kami dan pembaca unutuk kabahagiaan di dunia dan akhirat. Aamiin.


وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Kudus 15 Desember 2013



Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ...........................................................................        i
DAFTAR ISI .........................................................................................        ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................        1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................        1
1.3 Tujuan .......................................................................................        1
1.4 Manfaat .....................................................................................        2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan Islam ..................................................................        2
2.2 Perkembangan Kebudayaan Islam .....................................        4
2.3 Nilai –Nilai Dalam Budaya Islam ..........................................        6
BAB III : PENUTUP
3.1  Kesimpulan ..............................................................................        9
3.2  Saran .........................................................................................        9
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA ..........................................................        10












BAB 1
PENDAHULUAN 

1.1  Latar Belakang
Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Di era globalisasi ini, banyak masyarakat dan khususnya bagi para pelajar yang acuh tak acuh dengan sejarah Negara, apalagi sejarah kebudayaan islam. Dewasa ini mereka hanya memandang sejarah sebagai dongeng yang membosankan untuk di dengar. Padahal, sejarah, apalagi sejarah kebudayaan islam sangat penting bagi kita semua.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1.  Bagaimana kebudayaan Islam.
2.  Bagaimana perkembangan budaya islam saat ini  
3.  Bagaimana nilai –nilai dalam budaya Islam.

1.3  Tujuan
Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut:
1.  Mengetahui kebudayaan Islam.
2.  Dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam
3.  Mengetahui nilai –nilai dalam budaya Islam.
           
1.4  Manfaat
1.  Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum muslimin masa lalu
2.  Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
3.  Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia Islam.
4.  Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari dalam diri sendiri,masyarakat,lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang akan datang.
5.    Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu.



BAB  II
PEMBAHASAN

2.1 Kebudayaan Islam
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Istilah "kebudayaan" sering dikaitkan dengan istilah "peradaban". Perbedaannya : kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi.
Sedangkan pengertian Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-Islaman” yang artinya selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS Ali Imran : 18.
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ

“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Sehingga disimpulkan bahwa Kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam.
Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rosul yaitu memberikan bimbingan kepada umat. Manusia agar dalam mengembangkan kebudayaan tidak lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti, “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak.”
Dalam perkembangannya kebudayaan Islam perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya sendiri.
Disini agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalammengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau berperadaban Islam. Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama disini semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan persoalannya sendiri, disini sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan wahyu. Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi Rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam.
Mengawali tugas utamanaya, Nabi meletakkan dasar – dasar perkembangan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika dakwah Islam keluar dari jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya - budaya setempat dengan nilai – nilai Islam yang kemudian melahirkan budaya Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.

2.2 Perkembangan Kebudayaan Islam
Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun - yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan mereka - yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-godaan lain -mereka tidak dapat merintanginya.
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir zaman, berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
Tetapi, seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan yang disampaikan Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan hidup. Untuk itu cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang diwahyukan Allah kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Empat belas abad sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang mendakwakan diri bahwa dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu orang mempercayainya. Sementara dalam abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh di dunia yang sudah mencapai kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai bidang kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada mereka. Sebelum Muhammad memang sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih berganti. Mereka semua sudah memberi peringatan kepada masyarakatnya masing-masing bahwa mereka itu sesat, dan diajaknya mereka kepada agama yang benar. Namun tiada seorang diantara mereka itu yang menyebutkan, bahwa dia diutus kepada seluruh umat manusia, atau bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan sejarah pun sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan suatu cerita yang dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta menjelaskan sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.
"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala usaha baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun untuk dirinya pula. 'Ya Allah, jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa atau keliru. Ya Allah, janganlah Kaupikulkan kepada kami beban seperti yang pernah Kaupikulkan kepada mereka yang sebelum kami. Ya Allah, jangan hendaknya Kaupikulkan kepada kami beban yang kiranya takkan sanggup kami pikul. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkau jugalah Pelindung kami terhadap mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an, 2: 286)
2.3 Nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia
Islam masuk ke indonesia  lengkap dengan budayanya. Karena islam masuk dan berkembang dari negri Arab, maka islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya. Pada  awal-awal masuknya dakwah islam ke Indoesia dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran islam dan mana budaya barat. Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran islam. Seolah-olah apa yang dilakukan orang Arab tersebut mencerminkan ajaran islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia para da’i mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana  dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran islam dengan budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi teradisi dalam kehidupan sehari-hri mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti dalam upacara-upacara, adab dan penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa Arab/ Al Qur’an sudah banyak masuk dalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran Islam.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (ابراهيم:5)
Artinya:  “Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi Setiap orang penyabar dan banyak bersyukur” (Ibrahim:5).

عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رضى الله عنهما أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ ». (رواه مسلم)
Artinya: Abdullah bin Umar mengatakan bahwa kaum Jahiliyah biasa berpuasa pada hari Hari Asyura (10Muharram) dan Rasulullah SAW beserta kaum Muslimin pun mempuasainya sebelum difardukan puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan difardukan, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Asyura itu satu di antara Hari-Hari Allah. Siapa mau berpuasa silahkan, bagi yang tidak mau pun tidak mengapa”. (HR Muslim).

     Banyak tradisi masyarakat indonesia yang bernuansa islami, biasanya tradisi tersebut dilaksanakan untuk memperingati hari besar umat islam, seperti misalnya perayaan sekaten yang diselenggarakan untuk menyambut maulid nabi, ada juga perayaan yang dimaksudkan untuk memperingati perjuangan penyebaran ajaran islam seperti perayaan tabuik di Pariaman ( Sumatera Barat ) yang diselenggarakan pada tanggal 10 muharam.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
1.  Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.
2.  Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari agama islam itu sendiri.
3.  Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang mengandung atau berbau keislaman.

3.2  Saran 
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan islam dengan landasan konsep yang berasal dari islam pula. 













DAFTAR PUSTAKA

Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia,Jakarta: Bulan Bintang, 1993
Ahmad Syalaby,Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,Kairo;cetakan ke IV,  1978
Basssam Tibu, Islam Budaya dan Perubahan Sosial, Jakarta, Tiara Wacana,…..,
, cet II, Terjemahan  Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein
 

Blogger news

Blogroll

Time