MAKALAH
ONTOLOGI FILSAFAT

Disusun oleh:
1.
JOKO SUWARNO
PROGRAM STUDI FILSAFAT
ILMU
FAKULTAS EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SULTAN FATAH
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji sukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas limpahan taufik dan hidayahnya dan memberi kenikmatan yang tiada henti,
baik nikmat jasmani dan nikmat rohani, sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini yang insyaalah sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam penuliasan makalah ini, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, Dosen
dan teman-teman Mahasiswa yang sudah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan makalah ini tentunya masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam pemahaman atau penulisan, sangat
besar harapan penulis ada saran atau kritik dari Dosen dan teman-teman
Mahasiswa Universitas Sultan Fatah dan pembaca yang bersifat membangun demi
perbaikan penulisan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfa’at
bagi pembaca, terutama bagi penulis, Amin.
Kudus, 16 Febuari 2014
Penulis
JOKO SUWARNO
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filsafat ilmu adalah
merupakan bagian dari filsafat yang menjawab
beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar
filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain
ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi.
Ontologi
merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau suatu entitas
dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran
suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses
bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses
tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada
bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.
Ilmu
merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan melakukan
pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut
berusaha membuat penjelasan mengenai hasil pengamatan atau penelitiannya
tersebut. Dengan demikian, ilmu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya
operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas dari mana suatu ilmu pengetahuan
berasal. Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu pengetahuan tidak dapat
menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajiannya. Maka dari
pendahuluan ini saya akan merumuskan masalah apa saja yang ada dalam penjelasan
makalah ini.
B. Rumusan
Masalah :
1. Apa
yang dimaksud ontologi?
2. Apa
yang dimaksud metafisika?
C. Tujuan :
Untuk
mengetahui dan memahami ontologi serta bagian-bagiannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Ontologi
1. Pengertian
ontologi
Pengertian paling umum pada ontologi
adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat dari
sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri
menurut lingkup cabang-cabang keilmuan tersendiri. Pengertian ontologi ini
menjadi sangat beragam dan berubah sesuai dengan berjalannya waktu. Gruber
(1991) memberikan definisi yang sering digunakan oleh beberapa orang, definisi
tersebut adalah “Ontologi merupakan sebuah spesifikasi eksplisit dari konseptualisme”.
Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah untuk
menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah
knowledge base”.
a. Menurut
bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos ada,dan Logos
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
b. Menurut
istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak (Bakhtiar , 2004)
c. Menurut
Suriasumantri (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui,
seberapa jauh kita ingintahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai
teori tentang ada´. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan.
a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah, b) bagaimana wujud yang
hakiki dari obyek tersebut dan bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang
membuahkan pengetahuan.
d. Menurut
Pandangan The Liang Gie (2000)Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang
mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi
persoalan-persoalan Apakah artinya ada, hal ada.
e. Menurut
Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi Aristoteles
Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujud seperti karakteristik
dasar dariseluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi
filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu
benda untuk menentukanarti , struktur dan prinsip benda tersebut. (Filosofi ini
didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM).
Dengan demikian dapat disimpulkan Ontologi
merupakan adalah suatu teori tentang makna dari suatu objek, property
dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain
pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang
sesuatu yang ada dan bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat
dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri
menurut lingkup cabang-cabang keilmuan tersendiri.
2. Aliran-Aliran Dalam Ontologi
Secara
sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis. Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan
pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :
1) Monoisme
Paham
ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu
saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber asal, baik
yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat
masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Istilah monisme oleh Thomas Davidson
disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terebagi ke dalam dua aliran:
a. Materialisme
Aliran
ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran
ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan
kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa
atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa dan ruh
merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan dengan salah satu
cara tertentu. Alasan mengapa aliran ini berkembang sehingga memperkuat dugaan
bahwa yang merupakan hakikat adalah:
·
Pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat
diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir.
·
Pikiran sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar
ruang yang abstrak.
·
Penemuan-penemuan menunjukan betapa bergantungnya jiwa pada
badan.
Oleh
sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani
lebih menonjol dalam peristiwa ini. Dalam sejarahnya manusia memang bergantung
pada benda seperti pada padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ. Kesemuanya
itu memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakekat adalah benda.
b. Idealisme
Aliran
idealisme dinamakan juga spiritualisme. Idealisme bderarti serba cita sedang
spiritualisme berarti serba ruh. Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu
sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan
yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya,
yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu
hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani. Alasan aliran ini yang
menyatakan bahwa hakikat benda adalah ruhani, spirit atau sebangsanya adalah:
·
Nilai ruh lebih tinggi daripada badan, lebih tinggi nilainya
dari materi bagi kehidupan manusia. Ruh itu dianggap sebagai hakikat yang
sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badannya bayangan atau penjelmaan.
·
Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar
dirinya.
·
Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda
tidak ada, yang ada energi itu saja.
·
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui pada ajaran plato
(428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di alam mesti
ada idenya, yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati
ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi idealah yang
menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.
2) Dualisme
Dualisme adalah aliran yang mencoba
memadukan antara dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan
idealisme. Menurut aliran dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan
hakikat. Materi muncul bukan karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan
karena materi. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki
masalah dalam menghubungkan dan menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas.
Sebuah analogi dapat kita ambil misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka
badan pun akan sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang penuh
dengan duka dan kesedihan biasanya badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya
wajah orang tersebut.
Aliran dualisme berpendapat bahwa
benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat
materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Sama-sama hakikat.
Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama
azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh
yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini dalam diri
manusia. Tokoh paham ini adalah Descrates (1596-1650 M) yang dianggap sebagai
bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia
kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan).
3) Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictonary of Philosophy and
Religion dikataka sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini
pada masa Yunani Kuno adalah anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa
substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air,
api, dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M).
Kelahiran New York dan terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika.
Dalam bukunya The Meaning of Truth James mengemukakan, tiada kebenaran yang mutlak,
yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal
yang mengenal.
B.
Metafisika
Ontologi menurut A.R. Lacey, ontologi berarti ” a central
part of metaphisics ” (bagian sentral dari metafisika)
sedangkan metafisika diartikan sebagai “that which comes after physics, the study of
nature in general” (hal yang hadir setelah fisika, studi umum mengenai
alam).
Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika.
Mengapa ontologi terkait dengan metafisika? Ontologi membahas hakikat yang
“ada”, metafisika menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini
sebenar-benarnya? Pada suatu pembahasan, metafisika merupakan bagian dari
ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi
saja dari metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal
yang saling terkait.
Bidang
telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari
setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah. Diibaratkan pikiran
adalah roket yang meluncur ke bintang-bintang, menembus galaksi dan awan
gemawan, maka Metafisika adalah landasan peluncurannya. Dunia yang sepintas
lalu kelihatan sangat nyata ini, ternyata menimbulkan berbagai spekulasi
filsafati tentang hakikatnya. Beberapa tafsiran tentang metafisika diantaranya,
sebagai berikut
1. Supernaturalisme
Di alam terdapat wujud-wujud gaib (supernatural) dan ujud ini
bersifat lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.
Animisme merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme ini,
dimana manusia percaya bahwa terdapat roh yang sifatnya gaib terdapat dalam
benda-benda.
2.
Naturalisme
Paham ini menolak wujud-wujud yang bersifat
supernatural. Materialisme merupakan paham yang berdasarkan pada aliran
naturalisme ini. Kaum materialisme menyatakan bahwa gejala-gejala alam
disebabkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat
dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.
Democritos (460-370 S.M.) adalah salah satu tokoh awal paham materialisme. Ia mengembangkan paham materialisme dan mengemukakan bahwa unsur dasar dari alam adalah atom. Hanya berdasar kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dan sebagainya. Obyek dari penginderaan sering dianggap nyata, padahal tidak demikian, hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi, panas, dingin, warna merupakan terminologi yang manusia berikan arti dari setiap gejala yang ditangkap oleh pancaindra.Indentik paham naturalisme adalah paham :
Democritos (460-370 S.M.) adalah salah satu tokoh awal paham materialisme. Ia mengembangkan paham materialisme dan mengemukakan bahwa unsur dasar dari alam adalah atom. Hanya berdasar kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dan sebagainya. Obyek dari penginderaan sering dianggap nyata, padahal tidak demikian, hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi, panas, dingin, warna merupakan terminologi yang manusia berikan arti dari setiap gejala yang ditangkap oleh pancaindra.Indentik paham naturalisme adalah paham :
a. Mekanistik : gejala alam dapat
didekati dari segi proses kimia fisika.
b.
Vitalistik : hidup adalah sesuatu yang unik yang
berbeda secara subtantif dengan proses tersebut.
c.
Monistik : tidak ada perbedaan antara pikiran dengan zat ,
mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan yang berlainan namun mempunyai
subtansi yang sama.
d.
Demokritos adalah seorang filsuf yang termasuk di
dalam Mazhab Atomisme. Ia adalah murid dari leukippos, pendiri mazhab
tersebut Demokritos mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga justru
pemikiran Demokritos yang lebih dikenal di dalam sejarah filsafat.
Dengan demikian, gejala alam dapat didekati dari proses kimia
fisika. Pendapat ini merupakan pendapat kaum mekanistik, bahwa gejala alam
(termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia fisika semata. Hal ini
ditentang oleh kaum vitalistik, yang merupakan kelompok naturalisme juga. Paham
vitalistik sepakat bahwa proses kimia fisika sebagai gejala alam dapat
diterapkan, tetapi hanya meliputi unsur dan zat yang mati saja, tidak untuk
makhluk hidup.
Dalam kajian metafisika, ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba
menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Manusia tidak dapat melepaskan diri
dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Makin dalam penjelajahan ilmiah
dilakukan, akan semakin banyak pertanyaan yang muncul, termasuk
pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal tersebut di atas. Karena beragam
tinjauan filsafat diberikan oleh setiap ilmuwan, maka pada dasarnya setiap
ilmuwan bisa memiliki filsafat individual yang berbeda-beda. Titik
pertemuan kaum ilmuwan dari semua itu adalah sifat pragmatis dari ilmu.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ontologi merupakan suatu teori tentang
makna dari suatu objek, properti dari suatu sesuatu yang ada. Pembahasan
ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika. Dikarenakan, ontologi
membahas hakikat yang “ada”,sedangkan metafisika menjawab pertanyaan apakah
hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya.
Keberadaan
asumsi sebagai bagian dari filsafat ilmu merupakan hal yang sangat penting
karena asumsi berfungsi sebagai bagian yang mendasar yang harus ada. Asumsi
memiliki posisi di berbagai bidang disiplin keilmuwan bahkan keberadaan asumsi
pun ada dalam hukum alam sekalipun karena segala yang terjadi di alam ini
bukanlah suatu kebetulan semata akan tetapi terdapat pola-pola tertentu yang
terus terulang. Sedangkan dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan menentukan
asumsi pokok (the standard presumption)
dari keberadaan suatu objek penelitian dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian
oleh si peneliti itu sendiri, karena asumsi akan dapat memberi arah dan
landasan bagi kegiatan penelaahan.
B. Saran
Berbagai
disiplin ilmu berawal dari filsafat ontologi, dengan berbagai macam
asumsi-asumsinya. Sehingga perlu menentukan asumsi pokok sebelum pelaksanaan
penelitian, yang dapat memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan dan
penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar